Pagi ini, saya dan suami mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan dalam perjalanan menuju kantor.
Beberapa minggu ini, untuk sementara kami menetap di Serpong, dikarenakan rumah kami yang di Radio Dalam sedang direnovasi.
Akibatnya, setiap hari kami harus melalui perjalanan komuter.
Untuk berangkat, kami melewati tol BSD, kemudian keluar di pintu tol Tanah Kusir.
Pagi ini cerah. Saya pun mengira ini akan menjadi perjalanan santai seperti biasa.
Tetapi ternyata tidak demikian.
Di sekitar km 00-02, mobil kami diklakson tanpa henti oleh seorang pengemudi dari mobil yang tepat di belakang kami.
Siapa pun yang sering melewati jalan tol BSD, pasti mengetahui bahwa di sekitar km itu, biasa terjadi antrian yang cukup panjang karena tikungan yang cukup tajam. Kalau pun tidak sampai merayap, pada umumnya para pengemudi akan menurunkan kecepatan mobil.
Itu juga yang dilakukan oleh suami saya, supaya jarak dengan kendaraan di depan tetap terjaga.
Namun, tampaknya ada pengemudi mobil lain yang berpikiran lain. Entah mungkin dia berpikir kami terlalu pelan, or dia merasa untuk apa orang mesti menjaga jarak.
Maka yang dia lakukan adalah mengklakson non stop, kemudian menyelip dari kiri, membuka jendelanya, dan meneriaki kami "Kalau mau jalan pelan, di tengah sana!".
Ingat, kondisi sedang padat merayap, jadi semua mobil berjalan pelan.
Kemudian, selepas tikungan, suami saya berpindah ke kiri dong, secara kami kan mau keluar juga di pintu tol tanah kusir. Pengemudi mobil tadi mengambil posisi ke kanan mobil kami, membuka jendelanya, kemudian menyiram kaca mobil kami dengan air.
Di saat itu saya akhirnya tidak kuat menahan emosi, saya geram dan bergetar kemudian menangis.
Belum puas juga, pengemudi itu kemudian kembali mengepet kami dari kiri, kemudian tetap dengan jendela nya terbuka, kembali memaki maki kami.
"Makanya kalau nyetir lihat-lihat, lihat tuh lu bawa cewek!"
Kemudian dia mengebut ke depan.
Saya? Menangis semakin keras...
Suami saya? Mencoba menenangkan saya.
Coba sekarang Anda bayangkan, pengemudi tadi, posisinya sempat di belakang kami, ke kiri kami, ke kanan kami, ke kiri lagi kemudian di depan kami.
Plus, dia sempat-sempatnya menyiram kaca mobil kami dengan air, dan memaki maki kami.
Ingat juga, ketika kejadian dia pertama kali mengklakson dan meneriaki kami, hampir semua kendaraan berjalan pelan karena sedang berbelok, dan jarak yang dijaga oleh suami saya itu sama juga dengan yang dilakukan kendaraan depan kami.
Apakah kami hanya sekedar apes karena kebetulan kami yang persis di depan mobilnya pengemudi itu?
Apakah mungkin karena kami membawa mobil plat D jadinya dianggap tidak layak menyetir di Jakarta ya?
Apakah dia emosi melihat kami berjalan kurang cepat (menurut dia) karena dia sedang buru-buru karena mungkin ada keadaan darurat?
Entahlah....
Yang pasti, ini merupakan pagi yang tidak menyenangkan...
Beberapa minggu ini, untuk sementara kami menetap di Serpong, dikarenakan rumah kami yang di Radio Dalam sedang direnovasi.
Akibatnya, setiap hari kami harus melalui perjalanan komuter.
Untuk berangkat, kami melewati tol BSD, kemudian keluar di pintu tol Tanah Kusir.
Pagi ini cerah. Saya pun mengira ini akan menjadi perjalanan santai seperti biasa.
Tetapi ternyata tidak demikian.
Di sekitar km 00-02, mobil kami diklakson tanpa henti oleh seorang pengemudi dari mobil yang tepat di belakang kami.
Siapa pun yang sering melewati jalan tol BSD, pasti mengetahui bahwa di sekitar km itu, biasa terjadi antrian yang cukup panjang karena tikungan yang cukup tajam. Kalau pun tidak sampai merayap, pada umumnya para pengemudi akan menurunkan kecepatan mobil.
Itu juga yang dilakukan oleh suami saya, supaya jarak dengan kendaraan di depan tetap terjaga.
Namun, tampaknya ada pengemudi mobil lain yang berpikiran lain. Entah mungkin dia berpikir kami terlalu pelan, or dia merasa untuk apa orang mesti menjaga jarak.
Maka yang dia lakukan adalah mengklakson non stop, kemudian menyelip dari kiri, membuka jendelanya, dan meneriaki kami "Kalau mau jalan pelan, di tengah sana!".
Ingat, kondisi sedang padat merayap, jadi semua mobil berjalan pelan.
Kemudian, selepas tikungan, suami saya berpindah ke kiri dong, secara kami kan mau keluar juga di pintu tol tanah kusir. Pengemudi mobil tadi mengambil posisi ke kanan mobil kami, membuka jendelanya, kemudian menyiram kaca mobil kami dengan air.
Di saat itu saya akhirnya tidak kuat menahan emosi, saya geram dan bergetar kemudian menangis.
Belum puas juga, pengemudi itu kemudian kembali mengepet kami dari kiri, kemudian tetap dengan jendela nya terbuka, kembali memaki maki kami.
"Makanya kalau nyetir lihat-lihat, lihat tuh lu bawa cewek!"
Kemudian dia mengebut ke depan.
Saya? Menangis semakin keras...
Suami saya? Mencoba menenangkan saya.
Coba sekarang Anda bayangkan, pengemudi tadi, posisinya sempat di belakang kami, ke kiri kami, ke kanan kami, ke kiri lagi kemudian di depan kami.
Plus, dia sempat-sempatnya menyiram kaca mobil kami dengan air, dan memaki maki kami.
Ingat juga, ketika kejadian dia pertama kali mengklakson dan meneriaki kami, hampir semua kendaraan berjalan pelan karena sedang berbelok, dan jarak yang dijaga oleh suami saya itu sama juga dengan yang dilakukan kendaraan depan kami.
Apakah kami hanya sekedar apes karena kebetulan kami yang persis di depan mobilnya pengemudi itu?
Apakah mungkin karena kami membawa mobil plat D jadinya dianggap tidak layak menyetir di Jakarta ya?
Apakah dia emosi melihat kami berjalan kurang cepat (menurut dia) karena dia sedang buru-buru karena mungkin ada keadaan darurat?
Entahlah....
Yang pasti, ini merupakan pagi yang tidak menyenangkan...
1 comment:
Sev, kok gue gak ngeh ya pas di WA (baru buka lagi, ternyata lo curhat) hehehe mata rabun ayam gue nih..
Btw itu bukan masalah plat mobil B, D, atau BA sekalipun. Emang itu penyupir gk berpendidikan aja, kampungan. Iseng bgt lagian kanan kiri kanan kiri sambil nyiram air.
Semoga kelakuan dia dibales lebih parah lagi sm orang lain. Sebel gue bacanya lho, asli kampungan bgt.
Post a Comment