Apakah setia kawan itu harus diartikan sebagai susah dan senang bersama-sama?
Entah mengapa, kadang aku merasa mungkin orang akan menganggap aku ini orang yang egois.
Apakah kurang tepat jika aku merasa aku hanya bisa membantu orang lain, jika itu tidak membuat diriku sendiri kesusahan?
Bukan berarti aku hanya mau bersenang-senang.
Tapi berbeda antara membantu orang yang sedang kesusahan dengan menjerumuskan diri bersama-sama dalam kesusahan.
Tidaklah benar jikalau kesetiakawanan itu adalah sesuatu yang berarti memanfaatkan kesungkanan seorang kawan untuk menolak.
Jikalau itu adalah hal yang baik, baguslah itu.
Tapi kalau tidak, maka yang akan terjadi adalah akhirnya semua pihak akan kesusahan.
Mungkin orang akan mengatakan aku orang yang kurang berempati.
Tapi menurutku, sesuatu hal yang dilakukan itu harus mempertimbangkan feasibilitasnya.
Kalau memang keadaan kurang memungkinkan, apalah gunanya dipaksakan.
Kesetiakawanan bagiku adalah saat dengan sejujur-jujurnya aku dapat mengatakan 'aku mendukungmu 100%' tanpa adanya rasa berat di dalam hati dan otakku.
Sekali lagi kupertegas, itu bukan berarti aku tidak mau susah ya, tapi berbeda antara menjebloskan diri dalam kesusahan dan memang benar-benar susah.
Karena ingatlah, menjebloskan diri dalam kesusahan adalah kesusahan yang kamu buat dengan tanganmu, hasil buah pekerjaanmu, dan janganlah menyeret orang ke situ, karena itu tidaklah adil.
Kesusahan yang memang benar-benar susah adalah ketika kamu sudah mencoba melakukan yang terbaik dan itu tidak berjalan dengan baik. Percayalah, di saat itu aku akan datang menolongmu. Itulah kesetiakawananku.
Published with Blogger-droid v1.7.4
No comments:
Post a Comment